Monday, May 7, 2007

Tugas PTK 3

DIGITAL TV

ERA televisi analog pelan-pelan tergeser era televisi digital. Dengan pemancaran multi media band lebar, definisi perangkat hiburan rumah tangga akan berubah drastis. Setelah 50 tahun sistem pemacaran televisi bertahan menggunakan standar analog, di era digital ini dinilai sudah ketinggalan zaman.

Memang di tahun-tahun terakhir, mutu pemancaran televisi analog sudah meningkat pesat. Apalagi dengan memanfaatkan saluran kabel atau satelit, gambar di layar televisi nampak lebih jernih. Tetapi, sejak 1998 para pengusaha pemancar televisi menyadari, ada kendala yang tidak dapat ditembus untuk terus meningkatkan mutu gambar siaran televisi, jika tetap menggunakan standar analog. Ketika itulah dicanangkan perpindahan teknologi dari analog ke digital.
Perpindahannya tentu saja tidak bisa dilakukan secara revolusioner. Sebab masih terdapat ratusan juta pesawat televisi analog, yang pada prinsipnya tidak dapat menangkap siaran digital. Di sisi lain terdapat desakan kuat untuk segera memanfaatkan sistem pemancaran digital, yang kualitasnya jauh lebih unggul. Karena itulah, selain telah ditawarkan pesawat televisi digital, juga ditawarkan dekoder untuk menangkap siaran digital. Dengan dekoder itu, siaran televisi digital kembali diubah menjadi analog.
Di Jerman, kompromi teknologi inilah yang akan dimanfaatkan, mengisi celah antara sistem pemancaran digital dan penangkapan analog. Pertimbangannya, jika tidak dimulai sekarang, dengan kompromi semacam itu, banyak yang akan ketinggalan teknologi. Karena itu di Jerman akan diterapkan sistem pemancaran sistem digital melalui satelit dan sistem digital melalui kabel. Juga untuk menguji coba siaran digital semacam itu, Jerman melakukannnya secara bertahap. Mula-mula untuk wilayah ibu kota Berlin dan sekitarnya. Setelah itu baru bertahap di negara bagian lainnya.

Kemampuan Analog
Sebagai pengguna akhir, tentu saja kita bertanya, apa yang salah dengan sistem pemancaran analog? Bukankah pesawat televisi semacam itu dapat menerima pemancaran lewat kabel dan satelit, serta bisa menampilkan gambar dari DVD dan camcoders? Ternyata masalah utama dari pesawat televisi analog adalah ketajaman gambarnya. Seperti diketahui, ketajaman gambar pada televisi tergantung kerapatan titik gambar per-sentimeter persegi, yang disebut pixel. Sat ini, pesawat televisi analog, maksimal memiliki kerapatan gambar 512 kali 400 pixel.
Bandingkan dengan monitor komputer paling jelek mutunya, atau display handphone, yang memiliki kerapatan gambar 640 kali 480 pixel. Sementara monitor komputer yang mutunya bagus, memiliki kejernihan gambar minimal 10 kali lipat dari televisi analog terbaik.
Kamera saku digital, kini sudah merambah mutu gambar antara empat sampai lima mega-pixel. Bagi mereka yang terbiasa menggunakan komputer dengan layar monitor cukup baik, menonton televisi analog ibaratnya melihat gambar-gambar yang baur dan tidak jernih. Di kalangan pertelevisian, pesawat televisi analog disebut memiliki format resolusi standar.

HDTV
Kini di pasaran sudah beredar pesawat televisi yang tergolong memiliki format resolusi tinggi, yang disebut HDTV. Kerapatan gambarnya antara satu sampai dua mega-pixel. Dengan pesawat televisi resolusi tinggi-HDTV, pemirsa dapat menonton tayangan dengan kualitas luar biasa dan gambar yang lebih realistis. Namun perangkat HDTV tanpa pemancaran digital, tidak ada artinya. Percuma saja jika pesawat televisinya tergolong resolusi tinggi, tetapi pemancarannya masih menggunakan sistem analog.
Keuntungan lain dari perangkat televisi HDTV terbaru adalah, semuanya sudah dilengkapi perangkat penerima sinyal digital. Jadi dekoder tidak diperlukan lagi. Siaran digital dapat diterima dengan mudah oleh perangkat televisi generasi baru ini. Namun masih terdapat kerugian, jika menerima siaran televisi digital, langsung melalui antene.

Proyek DVB
Kelebihan lain dari pemancaran televisi digital adalah terbukanya peluang untuk siaran interaktif. Surfing online nantinya juga dapat dilakukan memanfaatkan perangkat televisi. Semua kemungkinan ini terbuka, berkat proyek ''digital video broadcasting'' (DVB) yang digagas sekitar 300 perusahaan broadcasting dan elektronika di Eropa. Perangkat televisi digital, sebetulnya tidak lain dari perangkat komputer. Karena itu, seperti juga komputer, televisi digital membutuhkan sistem operasional dan software terapan. Proyek DVB kemudian mengembangkan ''multimedia home platform'' (MHP), yang dijadikan standar oleh institus standarisasi telekomunikasi Eropa (ETSI).

No comments: